KONEKSI ANTAR MATERI PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

Nama Peserta              : Ni Komang Diah Ratnadi, S.Pd.

Nama Fasilitator          : Ni Nengah Nuadi, S.Pd, M.Pd.

Nama Pendamping     : Ni Ketut Stuti Adi Wahyuni, S.Pd.Gr.


MODUL 3.2.a.9

KONEKSI ANTAR MATERI

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Lembaga sekolah sebagai ekosistem pendidikan secara formal memiliki peranan penting dalam menentukan arah perubahan dan pembentukan generasi bangsa. Selain adanya visi dan misi lembaga yang kuat dan otentik selarasa dengan tujuan pendidikan nasional, keberhasilan dalam proses mencapai tujuan pendidikan juga sangat dipengaruhi oleh faktor dan aset yang ada di dalam komponen ekosistem satuan pendidikan. Terutama faktor aset sumber daya manusia yang ada sebagai pengelola dan pelaksana peran manajerial dilakukan secara optimal dan konsisten. Ekosistem sekolah seyogyanya dikembangkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada, baik sumber daya biotik ataupun abiotik    secara optimal melalui strategi / pendekatan berbasis aset (Asset-Based Community Development/ABCD). Pendekatan berbasis aset merupakan cara yang praktis menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam kehidupan, dengan mengunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. Kita memusatkan perhatian dengan apa yang dikerjakan untuk menjadi inspirasi dan kekuatan ataupun potensi yang positif. Sebuah sekolah dapat dengan berbagai cara mengembangkan aset yang dimiliki sekolah maupun lingkungan daerah disekitarnya.

Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

·         Murid

·         Kepala Sekolah

·         Guru

·         Staf/Tenaga Kependidikan

·         Pengawas sekolah

·         Orang Tua

·         Masyarakat sekitar sekolah

faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

·         Keuangan

·         Sarana dan prasarana

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Ada 7 Aset utama atau modal utama, antara lain :

1.      Modal manusia

2.      Modal sosial

3.      Modal fisik

4.      Modal lingkungan/alam

5.      Modal finansial

6.      Modal politik

7.      Modal agama dan budaya

Pengelolaan sumber daya yang tepat pada sekolah yang dimilki akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

KONEKSI ANTAR MATERI

Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya berhubungan erat dengan modul-modul sebelumnya yang ada di guru penggerak, yaitu :

I. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara Modul 1.1

Maksud Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Hal ini terlihat jelas adanya koneksi antar materi dari kedua modul ini (Modul 1.1 dengan Modul 3.2) bahwa sebagai pemimpin pengelola sumber daya diharapkan untuk melihat kekuatan yang ada pada anak didik sehingga dapat diperoleh sumber daya yang bermutu dan berakhlak mulia.

II. Nilai dan Peran Guru Penggerak Modul 1.2

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara. Oleh karena itu dibutuhkan Guru yang memiliki nilai-nilai luhur yang tinggi dan berperan penuh sebagai pemimpin pembelajaran bagi anak didiknya masing-masing.

Nilai dan peran guru ini ditumbuhkan melalui proses dan pemaknaan atas pengalaman, yaitu:

·         Memastikan proses dan pemaknaan yang positif

·         Memelihara emosi dan pikiran agar selalu positif

·         Muncul, tumbuh. dan lestari.

III. Visi Guru Penggerak Modul 1.3

Dalam mencapai visi sebagai Guru Penggerak melalui isisiatif perubahan yang berbasis kekuatan/asset dengan melihat potensi yang sudah ada, terdiri dari 3 tahapan, yaitu :

  1.       Mengembangkan visi pribadinya sendiri
  2.       Memetakan kekuatan dalam diri dan potensi murid
  3.       Merencanakan dan mengelola strategi perubahan untuk pencapaian yang lebih baik

IV. Budaya Positif Modul 1.4


Koneksi antar materi dengan budaya positif yang ada di modul 1.4 yaitu, dalam membangun budaya positif pendekatan asset/kekuatan sangat diperlukan karena terdapat hal-hal penting yang harus dilakukan dalam membangun budaya positif, seperti :

  1. ·        Tujuan membangun budaya positif adalah menumbuhkan karakter anak yang merupakan sumber daya manusia yang terdapat pada salah satu aset di sekolah
  2. ·         Tujuan akhir dari disiplin agar anak memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain (menciptakan SDM yang berkualitas)
  3. ·         Tindakan guru yang tepat yaitu dengan bertanya dan membuat kesepakatan agar mendorong motivasi intrinsik. Hal ini sangat berhubungan dengan kolaborasi antar ekosistem yang ada di sekolah agar terjalin hubungan yang harmonis dan selaras.

Dengan demikian upaya perbaikan yang berkesinambungan dengan mengoptimalkan aset yang dimilki oleh sekolah kita dengan menerapkan Asset Base Thinking dapat menjadikan sekolah sebagai rumah kedua yang aman dan nyaman bagi murid.

V. Pembelajaran Berdiferensiasi Modul 2.1


Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal karena pembelajaran berdiferensiasi lebih mementingkan kebutuhan anak, karena di dunia ini tidak ada anak yang bodoh. Masing-masing anak memiliki kelebihan yang berbeda dalam diri masing-masing. Untuk itulah pembelajaran diferensiasi sangat perlu diterapkan di kelas. Strategi diferensiasasi dari segi konten, bagi murid yang lebih mampu agar diberikan kegiatan yang dapat lebih memperluas ide mereka, membuat pemetaan murid untuk pelaksanaan pembelajaran seperti lebih mengedepankan minat murid, serta gaya belajarnya masing-masing.

VI. Pembelajaran Sosial Emosional Modul 2.2


Melalui tehnik mindfulness murid dapat mengenal dirinya sendiri, bahwa ada kekuatan tersembunyi yang dapat dikembangkan dan dipelajari.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup, yaitu:

  1. Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca setelah jam makan siang
  2. Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah.
  3. Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.

 

VII. Coaching Modul 2.3


Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Coaching dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar, sehingga dapat menciptakan Sumber daya yang berpotensi bagi Sekolah.

VIII. Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengembangan Sekolah


Seorang pemimpin pembelajaran harus berani mengambil keputusan yang benar dan tidak merugikan orang lain. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung bisa menentukan arah dan tujuan institusi atau lembaga yang dipimpin, yang tentunya berdampak kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid dengan memanfaatkan 7 aset yang dimilki oleh sekolah tersebut.


            Demikianlah Koneksi Antar Materi modul 3.2. Banyak hal yang saya  dapat pelajari sesudah saya mengikuti pendidikan di program guru penggerak. Sebelum mengikuti pendidikan Guru Penggerak ini banyak hal yang saya kurang mengerti seperti filosofi Ki Hajar Dewantara, Nilai dan Peran Guru, Visi Guru yang sebenarnya, serta think-tehnik dalam menjalankan pembelajaran yang efektif, seperti Pembelajaran sosial emosional yang berguna bagi saya maupun murid yang saya empu, cara melakukan coaching yang baik dan bermanfaat bagi semua orang yang saya coach, serta langkah-langkah mengambil keputusan yang efektif dan berguna bagi saya selaku pemimpin pembelajaran, juga sebagai pemimpin pengelola asset yang ada di sekolah. Saya merasa sangat beruntung dapat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini, berkolaborasi dengan teman-teman CGP lainnya yang hebat-hebat, juga berkat bimbingan Pendamping, Fasilitator dan Instruktur yang luar biasa dan mumpuni. Puji syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Widhi Wasa atas segala berkat dan kasihnya sehingga saya mampu menjalankan Pendidikan ini dengan lancar dan selalu diberikan kemudahan. Semoga saya dapat mengimplementasikannya nanti di Lembaga/ Sekolah dimana saya mengajar saat ini.

Guru Penggerak..! Merdeka Belajar…!!


















Comments

Popular posts from this blog

MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Upaya Peningkatan Kompetensi Diri Dengan Cara Menjadi Guru yang Berpihak Pada Anak Dalam Pelaksanaan Pembelajaran